Rabu, 25 Mei 2011

PENYAKIT PADA LELE DAN PENGOBATANNYA






   Kegagalan bagi pengusaha lele dapat disebabkan beberapa faktor, diantaranya: kematian lele dalam jumlah besar, pencurian, dimangsa oleh hewan predator, benih lele yang kurang baik/super, harga jual yang murah, serta harga pakan yang terus naik dengan tidak diimbangi harga jual lele. Kelima hal ini jika tidak dicermati dan diperhatikan, akan menjadi momok bagi pemula pengusaha ikan lele. Dan hal yang paling mendasar dan menjadi keprihatinan kami(MINA THIRTO PLUS) adalah kurangnya perhatian pemerintah akan harga pakan buatan serta aturan baku dari dinas terkait soal HET(harga eceran terendah) ikan lele konsumsi dipasaran, karena selama ini penentuan harga lele dari petani ditentukan oleh pengepul/pedagang ikan dipasaran.
Akan tetapi rekan-rekan MINA THIRTO PLUS(MTP) jangan kawatir dan berkecil hati menanggapi hal ini, karena selain menggunakan pakan buatan(pabrik) untuk pemeliharaan lele dikolam pembesaran kami juga menambahkan bangkai ayam, kambing,serta bangkai sapi yang belum lama mati dan belum membusuk menjadi tambahan menu makan lele untuk mengantisipasi harga pakan yang terus melambung naik. Dan perlu rekan-rekan ketahui, pemberian pakan tambahan berupa bangkai hewan sebaiknya dibakar atau direbus dahulu hingga matang serta mengukur jumlah ikan lele yang kita pelihara dalam artian pemberiannya harus dalam jumlah yang banyak sehingga cukup dan merata.
   Ada pepatah kuno yang mengatakan "sedia payung sebelum hujan". Pepatah ini juga bisa menjadi acuan bagi rekan-rekan yang ingin bahkan sudah menjadi pengusaha lele. Mengingat bahaya akibat penggunaan bahan kimia terhadap tubuh manusia, sudah 2 tahun ini MINA THIRTO PLUS menggunakan bahan-bahan alami yang tersedia dialam untuk pencegahan dan pengobatan penyakit pada ikan lele. Bahan-bahan tersebut diantaranya garam beryodium, buah pace/mengkudu, daun pepaya, daun sirih, arang, bawang putih dll. Selain ramah lingkungan dan biaya yang tidak terlalu besar, diyakini daging ikan lele yang menggunakan bahan alami akan terasa lebih lezat dan tentunya lebih aman untuk dikonsumsi. Penggunaan bahan- bahan alami inipun beragam dari mulai pencegahan hingga pengobatan penyakit pada ikan lele. Sebelum kita mempelajari khasiat dari bahan alami tersebut, kita perlu mengetahui bahwa penyakit pada ikan lele biasanya ditimbulkan dari perubahan suhu dan iklim secara ekstrim. Selain itu, faktor lingkungan dan pengetahuan yang kurang mengenai pembudidayaan ikan lele juga menjadi pemicu kegagalan dalam menggeluti usaha ini. 
Faktor lingkungan meliputi:
  1. Suasana kolam yang terlalu teduh atau terlalu panas
  2. Lingkungan sekitar kolam yang kotor/ becek atau ditumbuhi semak belukar
  3. Suasana sekitar kolam yang terlalu bising
  4. Penggunaan air yang sudah tercemari bahan kimia berbahaya
  5. Banyak predator yang sering masuk kelingkungan kolam(burung, ayam, kelelawar, ular, entok/bebek)
  6. Udara disekitar kolam yang kurang sehat(udara yang tercemar zat berbahaya)
  7. Air kolam berlumut dan banyak daun serta ranting yang masuk kedalam kolam
Faktor kurangnya pengetahuan:
  1. Ikan lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yeng bersifat karnivora, sehingga menjadi kanibal jika tidak tepat waktu penyortiran/penyeleksian dan jika pemberian pakan yang tidak cukup dan merata
  2. Ukuran kolam yang kurang ideal untuk ukuran kolam pembenihan dan kolam pembesaran
  3. Ketinggian air dalam kolam pembenihan ataupun pada kolam pembesaran
  4. Kepadatan benih ikan lele yang tidak disesuaikan dengan ukuran kolam dan ketinggian air
  5. Sirkulasi air dalam kolam yang kurang terjaga dengan baik
  6. Pemilihan waktu yang kurang tepat saat pemberian pakan
  7. Penggunaan pakan buatan/pabrik yang kurang bergizi serta tidak disesuaikan dengan ukuran ikan lele
  8. Pemberian pakan buatan/pabrik tidak cukup merata bahkan secara berlebihan dan tidak habis dimakan oleh ikan lele
  9. Penggunaan alat-alat penunjang seperti seser, bak, alat sortir, ember, dsb yang kurang steril
  10. Pemilihan indukan yang kurang sehat dan berkwalitas dalam proses pemijahan serta pemilihan bibit yang tidak super dalam proses pembesaran
Read More

PAKAN DAN PEMELIHARAAN BENIH LELE






   Jika telur lele yang menempel pada ijuk atau paranet hasil pemijahan telah menetas semua, segera angkat ijuk atau paranet dari kolam. Hal ini untuk menghindari bibit penyakit yang ditimbulkan dari telur yang tidak menetas(telur yang tidak menetas akan berwarna putih dan tetap menempel pada ijuk/paranet). Untuk menjaga perubahan suhu didalam kolam agar tetap stabil yakni antara 27-30derajat celcius, maka permukaan kolam pemijahan yang telah berisi larva perlu ditutupi dengan daun kelapa atau bisa juga dengan penggunaan bahan lain sebagai pelindung disaat panas dan hujan. Akan tetapi yang perlu diperhatikan, penutupan tidak terlalu rapat dan juga harus menjaga agar kolam tetap mendapat sirkulasi udara yang cukup. Penutupan permukaan kolam wajib dilakukan jika cuaca sangat panas dan jika turun hujan, karena larva lele sangat rentan terhadap perubahan suhu dan iklim.
   Setelah larva lele berumur 4hari, barulah diberikan makanan berupa cacing sutera. Sebaiknya pemberian cacing sutera sebagai makanan pertama larva ikan lele berupa cacing sutera hidup dan disebar merata kesemua bagian kolam. Dengan penyediaan cacing sutera yang cukup dan merata selama 7-10hari, akan sangat menentukan kondisi fisik serta perkembangan larva yang kita pelihara. Karena kondisi larva ikan lele yang masih sangat lemah dan rentan terhadap perubahan suhu, penambahan air bersih sebaiknya dilakukan pada malam hari dengan menyamakan suhu air kolam dengan suhu air yang akan dimasukkan kedalam kolam.
Read More

PENYORTIRAN BENIH LELE HASIL PEMIJAHAN







   Ikan lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang mempunyai sifat karnivora. Sehingga dikawatirkan akan menjadi kanibal terhadap benih lele yang ada dikolam pemijahan. Untuk mengantisipasi hal ini, selain pemberian pakan yang cukup dan merata perlu dilakukan proses penyortiran atau penyaringan ukuran benih lele.Selain itu penyortiran juga untuk mendapatkan benih lele dengan ukuran yang sama sehingga memudahkan rekan-rekan pemijah dalam pemilihan jenis  pakan terutama ukuran pakan buatan/pabrik yang akan diberikan serta memudahkan penyiapan ukuran lele yang dipesan pembeli atau yang akan ditebar dikolam pembesaran. Proses penyortiran dapat dilakukan jika benih lele telah berumur 10 hari dari menetasnya telur hasil pemijahan. Untuk penyortiran biasanya diperlakukan pada benih lele berukuran 1-2cm, 2-3cm, 3-5cm, 4-6cm, 5-7cm, dan 6-8cm. Penyortiran/penyaringan bisa dilakukan dengan menggunakan alat khusus yang telah didisain berdasarkan ukuran yang dibutuhkan. Dan untuk menyamakan ukuran  benih lele dengan ukuran yang telah ada, rekan-rekan pemijah tidak perlu repot-repot membuat alat ini, karena alat sortir sudah banyak dijual ditoko perikanan. Dengan begitu ukuran benih lele hasil sortiran akan memenuhi ukuran standar dipasaran.
   Selain penyortiran/penyaringan, proses ini juga dikenal dengan proses seleksi benih lele. Sebelum melaksanakannya, sebaiknya rekan-rekan pemijah mengetahui beberapa hal penting mengenai penyortiran.
  • Alat-alat yang perlu dipersiapkan
  1. Alat penyortir dengan ukuran 1-2, 2-3,3-5,4-6,5-7,6-8 masing-masing 1 buah
  2. Kolam yang sudah terisi air minimal 1 minggu dengan ketinggian air 40cm untuk menampung benih lele hasil penyortiran jika belum siap untuk dijual atau dipelihara dikolam pembesaran. Biasanya ukuran benih yang siap jual adalah benih dengan ukuran 4-6, 5-7, dan 6-8, dan benih yang siap ditebar dikolam pembesaran biasanya berukuran 5-7 atau 6-8
  3. Seser kecil yang gunanya untuk memindahkan benih lele dari kolam kedalam alat penyortir
  4. Bak dengan ukuran besar yang gunanya untuk menampung benih lele hasil penyortiran
  5. Ember yang gunanya untuk mengisi air kedalam bak
  6. Minyak makan secukupnya. Pemberian minyak makan sebanyak 1 sendok makan kedalam bak untuk mencegah/menghilangkan buih
  • Tatalaksana penyortiran
  1. Perlu rekan-rekan pemijah ketahui, hanya benih ikan lele yang sehat saja yang boleh disortir/diseleksi
  2. Waktu penyortiran sebaiknya dipilih pagi hari(sebelum jam 9pagi) atau disore hari(sesudah jam 3sore). Hal ini untuk mengantisipasi benih lele tidak stres
  3. Bila benih lele yang akan disortir/diseleksi dalam jumlah yang banyak, sebaiknya penyortiran tidak dilakukan sendiri
  4. Air dalam bak penampungan sebaiknya diisi dengan air bersih dan dicampur dengan air dalam kolam pemijahan sebanyak 1/3 dari isi air bak
  5. Kepadatan benih lele dalam bak juga harus diperhatikan, karena jika terlalu padat dapat menyebabkan kematian
  6. Penggunaan alat sortir cukup mudah yakni setelah benih lele dimasukkan kedalam alat sortir, masukkan separuh dari ketinggian alat sortir lalu goyangkan kekanan dan kekiri atau cukup dengan menepuk-nepuk bibir alat sortir dan dengan sendirinya benih lele akan masuk kelubang alat sortir dengan ukuran yang kita inginkan
  7. Pengisian benih lele kedalam alat sortir sebaiknya tidak berlebihan/ secukupnya saja
  8. Penyoriran biasanya dimulai dari benih lele berukuran 1-2 hingga benih berukuran 6-8
  9. Dalam penyortiran benih lele biasanya digunakan 2 alat sortir dengan ukuran yang berbeda. Untuk penyortiran benih 1-2, persiapkan alat sortir dengan ukuran 1-2 dan 2-3, dan seterusnya untuk proses selanjutnya
  10. Untuk menghasilkan benih lele dengan ukuran yang super, sebaiknya hanya benih dengan ukuran yang sama yang dipelihara dikolam pembenihan
Read More

Rabu, 18 Mei 2011

FAKTOR GAGAL DALAM PEMIJAHAN






  Seringkali rekan-rekan pemijah mengeluh dan merasa putus asa dengan hasil pijahan yang kurang sempurna, bahkan indukan lele yang dikawinkan/dipijahkan tidak bertelur sama sekali. Dan tentunya hal ini menguji keuletan kita untuk tetap eksis sebagai pengusaha pembibitan lele yang tangguh. Mungkin kita sering mendengar istilah wares(bhs. Jawa)yang artinya seseorang yang dapat memelihara satu atau lebih jenis hewan dan hewan peliharaan tersebut dapat hidup sehat serta dapat berkembang biak banyak. Akan tetapi jika kita sungguh-sungguh serta didasari dengan pengetahuan yang cukup, sudah tentu kita juga bisa dikatakan wares sebagai pemelihara ikan lele. Pengetahuan tentang proses pemijahan dapat dipelajari dari buku, majalah, atau dapat juga kita belajar langsung dari pemijah ikan lele.
Seperti artikel yang sudah kami kupas dalam informasi sebelumnya("KENAPA TAKUT MENJADI PENGUSAHA LELE"), ikan lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang sangat mudah untuk dibudidayakan. Oleh karena itu saat ini sudah banyak petani lele yang memelihara ikan lele dari hasil pemijahan sendiri, bahkan sudah mampu menikmati hasil dari berjualan benih lele. Karena, dari proses pemijahan hingga pemeliharaan larva selama 1bulan, benih ikan lele sudah siap untuk diperjual-belikan. Dan tentunya tidak semua petani lele menangkap peluang bisnis ini. Faktor alam dan faktor ketelitian menjadi kunci berhasil atau tidaknya dalam proses pemijahan.
   Di INDONESIA negara yang kita cintai ini kita mengenal 2 musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Dan kedua musim ini tentunya mempunyai kendala serta tantangan sendiri sewaktu kita melakukan pemijahan. Pada musim penghujan, cuaca akan terasa sangat dingin dan jika musim kemarau tiba, cuaca akan terasa sangat panas. Hal ini jika tidak kita antisipasi dengan baik akan berdampak buruk pada hasil pijahan benih lele. Untuk mengantisipasinya, beberapa hal yang perlu kita lakukan.
Pemijahan saat musim penghujan:
  • Pemberian sekam atau jerami pada dasar kolam sebelum pelapisan plastik atau terpal pada kolam pemijahan
  • Penaburan garam dapur(3sendok makan) secara merata diair kolam pemijahan, hal ini dilakukan jika air hujan masuk kedalam kolam dalam jumlah yang cukup banyak
  • Karena air hujan sangat kurang baik untuk larva lele, pemberian penutup pada permukaan kolam untuk mengantisipasi air hujan masuk dikolam sangat diperlukan
  • Pada pagi hari, biarkan sinar matahari masuk
  • Pengontrolan suhu sangat diperlukan agar suhu air kolam stabil yakni kisaran 27-30 derajat celsius, untuk itu buka tutup pada permukaan kolam sangat diperlukan
  • Usahan lingkungan kolam pemijahan tidak becek atau bahkan tidak ada genangan air dengan cara pembuatan parit mengelilingi kolam pemijahan
Pemijahan saat musim kemarau:
  • Pemberian pelepah pisang atau karung berpori pada dasar kolam sebelum pelapisan plastik atau terpal dikolam pemijahan
  • Karena terik sinar matahari dapat menaikkan suhu air kolam, pemberian penutup pada permukaan kolam sangat diperlukan
  • Pemberian penutup dengan plastik diberi jarak 30-100cm dengan permukaan kolam agar sirkulasi udara dapat berlangsung
  • Jika suhu air kolam dingin, maka penutup dapat dibuka sebagian
  • Dipagi hari, penutup kolam dibuka agar sinar matahari dapat masuk
  • Disiang hari yang sangat panas dasar kolam (pelepah pisang) dibasahi dengan air
  • Penambahan debit air kolam sebaiknya dilakukan pada malam hari agar suhu air kolam dengan suhu air yang akan ditambahkan sama
Selain hal-hal diatas perlu kita antisipasi, ada faktor lain yang menyebabkan kegagalan dalam proses pemijahan:
  1. Air kolam kotor dan belum siap untuk tempat pemijahan
  2. Pemilihan indukan yang kurang tepat yakni perbandingan antara induk jantan dan induk betina tidak seimbang atau indukan belum berumur 1tahun sehingga telur belum matang
  3. Indukan cacat atau tidak sehat
  4. Ukuran kolam pemijahan terlalu sempit (minimal 2mX4m)
  5. Debit air yang terlalu sedikit atau berlebihan (minimal 30cm dan maksimal 40cm)
  6. Alat-alat penunjang pemijahan tidak steril dari penyakit (kolam untuk pemijahan sebaiknya dijemur 1hari sebelum diisi air bersih, paranet/ijuk dan pemberat harus dicuci bersih sebelum dimasukkan)
  7. Cuaca yang sangat ekstrim
  8. Cuaca yang berubah secara tiba-tiba yakni datangnya hujan lebat secara tiba-tiba disaat musim kemarau, dan sinar matahari yang sangat panas saat musim penghujan
  9. Pengangkatan indukan lele yang kurang sempurna(memakan waktu yang cukup lama) dari kolam pemijahan
  10. Paranet/ijuk terlalu lama dikolam pemijahan sehingga menyebabkan jamur(telur yang menempel pada paranet/ijuk tidak semua dapat menetas)
  11. Jumlah telur yang tidak menetas(berwarna bulat putih) jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan telur yang menetas sehingga air kolam menjadi berbau busuk
  12. Pemberian pakan yang tidak tepat dan berlebihan
  13. Penyortiran tidak rutin dilakukan 1minggu sekali sehingga ukuran benih tidak merata
  14. Membiarkan benih lele yang sakit atau mati tetap didalam kolam (benih yang sakit segera dikarantina dan yang mati segera diambil dari kolam)
  15. Tumbuhnya lumut pada kolam
  16. Air kolam tidak rutin ditambah 1minggu sekali
  17. Kndisi kolam yang sangat teduh atau sangat panas

Read More

Minggu, 08 Mei 2011

PROSES PEMIJAHAN





   Bagi anda yang ingin menggeluti usaha pembibitan/pembenihan ikan lele, tentu akan lebih baik jika melakukan proses pemijahan sendiri. Karena saat ini pengusaha pembenihan lele selain bibit ikan diperoleh dari pemijahan sendiri, tetapi juga bisa didapat dari pembelian larva kemudian dipelihara hingga siap jual. Pengusaha pembenihan ikan lele yang bukan dari pemijahan sendiri bisa juga dikatakan penggelondong. Akan tetapi untuk menggeluti usaha penggelondongan, dibutuhkan modal yang cukup besar. Dan untuk menyiasatinya, akan kami bahas dengan pembenihan sendiri. Selain lebih menguntungkan karena modal yang tidak cukup besar, dengan pemijahan sendiri kita dapat memilih jenis anakan lele yang akan dihasilkan, yakni dengan pemilihan indukan lele.
    Dibandingkan dengan jenis ikan air tawar yang ada, ikan lele adalah salah satu jenis ikan yang paling gampang untuk dipijahkan. Selain proses yang cukup mudah, anakan yang dihasilkanpun cukup besar, yakni sekitar 10.000 ekor anakan lele bahkan lebih dari sepasang indukan dengan bobot masing-masing minimal 1kg. Agar pemijahan menghasilkan benih yang sempurna(jumlah yang banyak) kita perlu tahu dan mempelajari sifat alami ikan lele. Dialam liar, lele biasanya melakukan proses kawin/pijah pada waktu musim hujan, dikarenakan air hujan dapat memicu gairah indukan lele untuk proses kawin/pijah. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang sempurna, sebaiknya proses pemijahan dilakukan pada musim penghujan.
Yang perlu dipersiapkan jika ingin menjadi pemijah
  • Penyediaan indukan lele yang telah berumur minimal 1tahun (minimal 10 pasang)
  • Kolam (plastik, terpal, semen) minimal 2buah untuk proses pemijahan indukan dan untuk pendederan larva
  • Ijuk, paranet yang telah didisain untuk peletakan telur hasil proses pemijahan
Persiapan dan perlakuan khusus pada kolam pemijahan:
  1. Kolam (plastik, terpal, semen)  minimal berukuran 2mX4m sebanyak 2buah diisi dengan air bersih dan jernih dengan ketinggian 30cm dan sudah dipersiapkan minimal 1hari
  2. Masukkan ijuk atau paranet kedalam kolam dengan diberi pemberat batu bata/genting yang sudah dicuci bersih
  3. Indukan yang telah siap kawin/pijah dimasukkan kedalam kolam pada sore hari dengan perbandingan 1:1 atau 2:1(2betina:1pejantan)
  4. Tutupi kolam dengan jaring, seng, daun kelapa, dsb untuk menjaga agar indukan yang sedang dikawinkan/dipijahkan tidak melompat keluar. Untuk penggunaan seng, harus diberi rongga/sela agar udara tetap bisa masuk kedalam kolam
  5. Pengecekan dilakukan pada pagi hari. Jika pada ijuk atau paranet belum terlihat telur hasil pijahan, segera ganti induk jantan. Dan jika setelah 2hari tidak berhasil, segera ganti air serta indukan baru
  6. Bila pada ijuk atau paranet sudah terdapat telur, maka segera pindahkan ijuk pada kolam yang lain yang telah dipersiapkan dengan posisi terbalik yaitu bagian ijuk atau paranet yang ditempeli telur hasil pijahan menghadap kedasar kolam
  7. Angkat semua indukan yang telah bertelur dengan menggunakan seser/serok secara hati-hati. Jika indukan terluka setelah proses kawin/pijah, sebaiknya indukan dipelihara pada kolam khusus/dikarantina dan diberikan obat
  8. Telur hasil pemijahan yang baik akan berwarna bening dan terdapat bintik merah, sedangkan telur yang kurang baik biasanya berwarna putih
  9. Telur ikan lele hasil pemijahan akan menetas kurang lebih selama 30jam
  10. Jika telur yang menempel dirasa sudah menetas semua, segera angkat ijuk atau paranet dari kolam
  11. Larva atau anakan lele yang baru menetas, tidak uasah diberi makan selama 3hari karna masih memiliki cadangan makanan yang melekat pada tubuhnya
  12. Karna larva lele sangat rentan terhadap perubahan suhu dan iklim, sebaiknya buka tutup penutup kolam wajib dilakukan untuk menjaga suhu tetap stabil
  13. Pemberian pakan larva lele berupa kutu air selama 2hari
  14. Pakan yang ke-2 berupa cacing sutera yang masih hidup diberikan 7-10hari setelah larva menetas
  15. Setelah itu barulah benih lele diberi pakan tepung pakan udang selama 1minggu
  16. Pemberian pakan yang ke-4 sampai dengan siap jual(ukuran 5-7/6-8) dapat berupa pelet berukuran kecil disesuaikan dengan ukuran dari benih lele
  17. Pemberian pakan buatan(pelet) sebaiknya tidak berlebihan karna dapat mencemari kondisi air sehingga menjadi keruh dan dapat  meracuni benih
  18. Pengontrolan wajib dilakukan secara rutin terutama dimalam hari, untuk menjaga hewan pemangsa seperti katak, ular, serta kelelawar masuk kedalam kolam pemijahan
  19. Jika benih lele sudah berumur 2minggu, kolam pemijahan dapat diberi keong mas secukupnya untuk menjaga agar lumut tidak hidup dan memakan sisa  pelet yang berlebih
  20. Jka terdapat benih yang mati, segera ambil dan buang agar tidak menulari benih lele yang masih sehat 
  21. Lakukan penyortiran 1minggu sekali
   Mengingat akan perilaku ikan lele yang bersifat kanibal, maka pemberian cacing sutera yang masih hidup diusahakan dalam jumlah yang banyak dan merata kedalam kolam. Dan setelah larva berumur 10 hari, pemberian pakan dapat berupa tepung pelet/pakan udang. Baru setelah larva berumur 4-5 minggu dengan ukuran 4-6cm, anakan lele hasil pemijahan sudah siap untuk dijual atau dipelihara pada kolam pembesaran.
SALAM SUKSES.
Read More
Designed By Seo Blogger Templates